Arif Rahman Hakim SH. MH.
Diatas Bukit, Gunung Kidul, Jogjakarta
28 September 2023.
Tokoh Muda Bima, Praktisi Hukum, Calon Legislatif DPRD DKI Jakarta
2024-2029, Dapil Cikoding-Cilincing, Koja, Kelapa Gading, Pulau Seribu
Peningkatan
suhu politik dan kontestasi jelang pemilu 2024, menyeruak diruang publik,
momentum maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabi’ul awal, atau 28 September
2023, memiliki arti mendalam untuk merefleksikan kembali arti Jiwa kepemimpinan
jelang kontestasi Pemilu 2024.
Alquran menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam seluruh aspek kehidupan,
termasuk dalam hal kepemimpinan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab
[33]: 21).
Nabi sebagai negarawan tak
terbantahkan. Ia sering mengambil kebijakan yang tidak populis,
tetapi perfect untuk masa depan, seperti terlihat dalam Perjanjian
Hudaibiyah yang monumental itu.Nabi bersedia menerima tawaran kafir Quraisy
yang meminta orang-orang mereka yang ditangkap di wilayah Madinah segera
dikembalikan ke Mekah. Sebaliknya, orang Madinah yang ditangkap di Mekah
dibiarkan ditahan di sana. Redaksi ganjil yang mencoret basmalah dan kata
Muhammad Rasulullah diganti dengan Muhammad bin Abdullah juga diterima Nabi.
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok
pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Hal
ini diakui oleh Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya “The 100, a
Rangking of The Most Influential Persons in History”. Dengan sangat obyektif ia
menempatkan Nabi SAW sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah.
Hal itu menunjukkan bahwa Nabi SAW
memiliki kecerdasan manajerial yang tinggi dalam mengelola, mengatur, dan
menempatkan anggota masyarakatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuannya,
sehingga dapat mencapai tujuan utama, yaitu membangun masyarakat madani yang
berlandaskan nilai-nilai Ilahi.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, Nabi
SAW selalu mengedepankan akhlak mulia. Hal ini diakui oleh Husain bin Ali
sebagai cucu Nabi SAW. Bahwa Nabi adalah pribadi yang menyenangkan, santai dan
terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak
keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan
menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.
Orang-orang yang bersikap obyektif dari
kalangan non-muslim pun mengakuinya. Washington Irfing, seorang orientalis dan
salah seorang penulis besar Amerika yang menjadi kebanggaan Amerika Serikat dan
negara lain di abad sembilan belas Masehi, lahir tahun 1832 M di kota
Washington dan meninggal tahun 1892 M. Dia berkata, ”Muhammad adalah penutup
para nabi, rasul paling agung yang diutus oleh Allah SWT untuk menyeru manusia
kepada penyembahan kepada Allah.”
George Bernard Shaw, seorang Filosof
Inggris dan penulis alur cerita film di Inggris yang terkenal, lahir di
Irlandia, meraih Nobel di bidang sastra tahun 1920 M. Dia berkata, ”Aku telah
membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali dan berkali-kali, dan
aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat
berharap Islam menjadi jalan bagi dunia.” Dan masih banyak pengakuan non-Muslim
terkait keluhuran akhlak Nabi SAW (lihat dalam Pesona Akhlak dan Kekuatan
Pribadi Manusia Teragung Sepanjang Masa, karya Hisyam Muhammad Sa’id Barghisy,
alih bahasa Izzudin Karimi).
Nabi SAW memiliki rasa empati dalam
memimpin. Nabi tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya,
tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Kalau Nabi berbicara, yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas
kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang
menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran
bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak
sopan, segera memberi apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak
menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi).
Nabi SAW mengedepankan keteladanan (uswah
hasanah) dalam memimpin. Dikisahkan dari Al Barra’ bin Adzib, ia berkata:
“Kulihat beliau mengangkuti tanah galian parit, hingga banyak debu yang
menempel di kulit perutnya. Sempat pula kudengar beliau bersabda, “Ya Allah,
andaikan bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk, tidak
bershadaqah dan tidak shalat. Turunkanlah ketenteraman kepada kami dan
kokohkanlah pendirian kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat
banyak yang sewenang-wenang kepada kami. Jika mereka menghendaki cobaan, kami
tidak menginginkannya.”
Nabi SAW adalah sosok pemimpin yang
mengedepankan kebersamaan. Nabi mengusulkan sebuah ide win-win solution dalam
penyelesaian masalah peletakkan hajar aswad. Direntangkannya sebuah kain besar,
kemudian hajar aswad diletakkan di bagian tengahnya, lalu beliau meminta kepada
setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut. Setelah itu, hajar
aswad disimpan ke tempat semula di Ka’bah. Dengan cara seperti itu, tidak ada
satupun kabilah yang merasa dirugikan, bahkan mereka sepakat untuk menggelari
beliau sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).
Jadi, kekuatan akhlak inilah yang menjadi
pondasi dalam kepemimpinan Nabi SAW. Dan, Akhlak Nabi adalah Alquran. Allah SWT
menegaskan, ”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS al-Qalam [68]: 4). Ketika Aisyah RA ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia
menjawab bahwa akhlak Nabi adalah Alquran (HR Muslim).
Dalam
sejarah kemanusiaan, tidak pernah ada tokoh sekaliber beliau. Pengakuan
diberikan Michael H Hart dalam buku monumentalnya, The 100 A Ranking of
The Most Influential Persons in History, yang menghimpun 100 tokoh terkemuka
dan menempatkan Nabi Muhammad di urutan pertama.
Thomas
Carlyle membatasi lagi dengan hanya 11 tokoh terkemuka di muka bumi dan Nabi
Muhammad tetap sebagai the best.
Marshall
GS Hodgson dalam The Venture of Islam yang menelusuri sejarah Nabi
Muhammad berpandangan serupa. Selain tentu saja kapasitasnya sebagai nabi dan
rasul, disimpulkan kekuatan Muhammad sebagai the best leader sekaligus the
best manager.
Tegas dan Bijak
Nabi Muhammad SAW sangat tegas dalam
masalah penegakan hukum. Tidak pernah menetapkan suatu hukum dengan rasa belas
kasihan, pilih kasih, atau tebang pilih. Tidak memihak kepada siapa pun, baik
pada pejabat pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya
sendiri, termasuk anaknya.
Hal itu ditunjukkan dengan sikap tegasnya,
“Demi Allah, andai Fatimah Putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong
tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selain dikenal figur yang tegas, juga
dikenal sebagai sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Sebelum memutuskan
suatu perkara, Nabi selalu memikirkannya secara matang, dan mengacu kepada
kaidah yang ditetapkan dalam Alquran. Misalnya, pada saat beliau memutuskan
sanksi rajam terhadap pelaku perzinahan.
Dalam Shahih Muslim diceritakan, suatu
waktu ada seorang wanita dari suku Ghamidiyyah menghadap Nabi SAW. Dia berkata,
”Ya Rasululah, sungguh aku telah berbuat lacur. Maka, aku mohon bersihkanlah
aku.” Nabi dengan arif menolak pengaduan tulus wanita tersebut.
Karena penasaran pertemuannya dengan Nabi
tidak membawa hasil, perempuan Ghamidiyyah kembali mendatangi Nabi keesokan
harinya seraya berkata, ”Ya Rasulullah mengapa
engkau tidak menjawab pengaduanku? Apa barangkali engkau meragukanku
sebagaimana engkau meragukan pengaduan Ma’iz? Demi Allah, aku sekarang sedang
hamil.” Kali ini Nabi menjawab, ”Datanglah sesudah kamu melahirkan.”
Beberapa bulan kemudian, perempuan
Ghamidiyyah itu melahirkan anak yang dikandungnya, lalu dia menghadap Nabi.
Sambil membawa serta si jabang bayi dalam gendongannya dia berkata,
”Rasulullah, aku telah melahirkan.” Nabi menjawab dengan ramah, ”Pergilah kamu
menyusui anakmu hingga kamu menyapihnya.”
Setelah masa menyusui anaknya berakhir, ia
kembali menghadap Nabi. ”Wahai Nabi Allah, ini aku. Sekarang anakku telah
kusapih dan dia sudah bisa makan.” Berikutnya si anak yang masih kecil tersebut
diserahkan kepada seseorang dari kaum Muslimin dan akhirnya Nabi memutuskan
agar wanita tersebut dirajam, sebagai hukuman atas perbuatan zina yang
dilakukannya.
Demikian sebagian kunci sukses dalam
kepemimpinan Nabi SAW. Masih banyak lagi kunci sukses kepemimpinan Nabi lainnya
yang tidak akan pernah habis untuk dikaji, yang seharusnya terus digali,
diperkenalkan, dan implementasikan di tengah bangsa yang sedang dilanda krisis
dalam kepemimpinan.
Semoga Allah menganugerahkan negeri ini
pemimpin yang mau mempelajari dan meneladani kepemimpinan Nabi SAW agar dapat
mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik. Amin.
Banyak
tokoh hanya tampil sebagai pemimpin (leader), tetapi tak maksimal sebagai
manajer.Dalam kurun waktu hanya 23 tahun, Islam yang dibawa Nabi Muhammad
membentang ke seluruh jazirah Arab, kemudian berpenetrasi ke belahan bagian
timur yang saat itu di bawah protektorat Kerajaan Persia yang berpusat di Iran.
Juga di dunia bagian barat, yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan
Romawi-Byzantium yang sekarang Istanbul.Nabi menjadi besar tanpa menimbulkan
tragedi kemanusiaan. Nabi menjadi populer karena selalu mengedepankan aspek
kemanusiaan di setiap perjuangannya. Semoga maulid Nabi yang selalu ramai
diperingati di masyarakat kita membawa dampak positif untuk terwujudnya
kesantunan politik dalam kehidupan berpolitik di Tanah Air.
Semoga
Allah menganugerahkan negeri ini pemimpin yang mau mempelajari dan meneladani
kepemimpinan Nabi SAW agar dapat mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik.
Amin.
Dan Semoga
Peringatan Maulid Nabi, 2023, membawa dampak reaktulisasi sifat kepempinan yang tercermin dari diri
baginda Mulia Rasulullah Shalawlahu alaihi wa sallam, semoga Tahun Politik 2024
menjadi awal yang baik dalam membawa Indonesia ke era yang lebih Maju.



0 Komentar